CINTA TAPAL
BATAS
LAYLI APRILIA
Lembah Bujang karya M. Shoim Anwar mengangkat tema
sosial politik. Anggota militer yang
ditugaskan di daerah perbatasan yang rawan konflik. Untuk mengamankan kesatuan
kedaulatan negara. Tugas anggota militer di perbatasan mengawasi warga
asing yang memasuki daerah
kekuasaan. Warga asing digeledah satu
persatu dimulai paspor hingga barang
yang dibawa tersebut. Mengantisipasi terjadinya penyelundupan barang-barang
ilegal. Misalnya beras impor, bawang impor, bahkan yang kuatirkan adalah
senjata api ilegal masuk ke negara itu. Maka anggota militer berusaha
keras agar barang-barang itu tidak masuk
atau penyelundupan barang. Juga mencegah
bebasnya warga asing keluar masuk yang tidak disertai identitas lengkap. Bahkan
ada juga warga asing yang mencari suaka ke negara lain. Untuk mencegah terjadinya imigrasi gelap yang
ingin mencari suaka ke negara orang.
Meskipun warga asing tidak mempunyai identitas lengkap bahkan sudah
dilarang oleh anggota militer untuk memasuki daerah kedaulatan negara lain.
Tetap saja nekat masuk kenegara itu.
Melewati jalan-jalan tikus untuk menghindari dari
pemeriksaan dari pihak keamanan. Warga asing itu dengan bebas keluar masuk
tanpa ada pemeriksaan. Semakin dilarang mereka semakin nekat untuk mencari
jalan menuju negara tujuan yang mereka ingin singgahi. Anggota militer tersebut
dengan tegas bagi warga yang memasuki kedaulatan kesatuan negara yang tidak
mempunyai identitas yang lengkap akan ditangkap bahkan dipenjara bila terbukti
melanggarnya.
Warga asing tersebut mencari suaka ke negara lain
dengan tujuan untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Dari negara asalnya
kemungkinan terjadi konflik politik yang ada di daerah asalnya. Sehingga mereka
sulit untuk beraktifitas sehari-hari mulai dari bekerja, sekolah, bahkan
kebebasan untuk beribadah. Ruang gerak yang dimiliki menjadi sempit tidak
sebebas seperti dulu. Sehingga mereka
tidak nyaman dengan negaranya sendiri ingin rasanya keluar dari itu. Tetapi disisi lain mereka
tidak tega untuk meninggalkan tempat kelahirannya. Karena dari tempat itulah
ada kenangan yang indah yang sulit dilupakan.
Cuplikan cerpen sebagai berikut “pendukung partai pemerintah di sekitar
wilanyah perbatasan makin mengecil dan mengganti pendukung partai oposisi yang
selalu menjanjikan perubahan mesti kami tahu bahwa itu bohong. Hidup di
perbatasan ternyata menimbulkan masalah” (2014:44). Dari cuplikan tersebut suasana politik yang memanas. Saling sikut
kanan dan sikut kiri. Terjadi krisis ketidak percayaan warga sipil terhadap
elit-elit atas. Mereka yang dibutuhkan adalah kepercayaan yang bisa dipegang
bukan janji. Perubahan itu sangat penting bagi
warga sipil.
Bunyi senjata dari darat, laut, dan udara saling
berlomba. Ranjau-ranjau ada dimana-mana yang siap diledakan. Letusan itu
memekahkan telinga. Barisan panjang teng-teng amvibi dipersiapkan untuk
melawan musuh. Bahkan pesawat yang
canggih pun turut ikut serta dalam pertempuran itu. Untuk menjaga keutuhan
negara. Suasana semakin mencekap dan
tidak kondusif lagi. Peperangan tidak ada ujungnya. Pagi, siang, dan malam
harus siap untuk bertempur. Berbagai stategi disusun mulai dari teknik stategi
A sampai Z. Untuk melumpuhkan pihak lawan. Anggota militer taruhanya antara
hidup dan mati.
Akibat dari konflik tersebut banyak Perempuan dan
anak-anak ketakutan. Hujan tangis runtuh ketika melihat salah satu keluarganya
meninggalkannya untuk selama-lamanya. Banyak sekali warga sipil yang menjadi
korbanya. Terutama pada anak-anak yang kehilangan Ayah, Ibu, dan saudaranya
akan mengalami trauma secara psikis dalam waktu yang sangat panjang. Untuk
mengembalikan keceriaan anak-anak seperti dulu sangat sulit. Membutuhkan proses
yang sangat lama memulihkan psikis paska perang. Sarana komunikasi menjadi
terputus. Warga sipil juga sulit
berkomunikasi dan bertemu dengan keluarga yang menjadi korban. Mereka
kebingungan mencari kemana lagi keluarganya.
Mereka tidak tau kepastian jelasnya. Fasilitas umum, pemukiman penduduk,
dan rumah ibadah hancur seperti debu.
Anggota militer hanya manusia biasa. Di saat berperang
dia gagah perkasa berada di barisan depan melawan musuh yang datang. Membawa
senjata laras panjang yang didekapnya. Memantau kondisi keamanan negara tetap
stabil. Siap mati untuk membela negara. Menghadapi resiko terbesar dalam medan
perang. Kita tidak bisa menebak kondisi
di medan perang. kondisi wilanyah tetap stabil ada juga tiba-tiba musuh
menyerang dari belakang. Disisi lain dia harus meninggalkan keluarga demi tugas
negara. Rasa sedih, kangen campur menjadi satu. Hanya lewat komunikasilah yang
digunakan untuk menyampaikan keadaan keluarganya tersebut. Terkadang juga salah
satu dari keluarganya menjadi korban penembak.
Cuplikan cerpen “Akulah manusia yang paling sedih.
Salah seorang penduduk yang ditembak tentara saat menyelap itu adalah Bapakku
sendiri. Di punggungnya ditemukan tiga butir peluruh yang menancap” (2014:42).
Dari cuplikan ada rasa menyesal dalam dirinya. Dia tidak bisa melindungi
keluarganya sendiri. Kesedihan terus berkecambuk pada dirinya. Dia saja
nyawanya sudah terancam dari pihak musuh yang mengincarnya. Separuh jiwanya
telah pergi. Merontokkan air mata membasahi pipinya. Ingin berteriang tapi tidak
bisa. Keluarga sangatlah berati untuk hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar