Rabu, 25 Juni 2014

CINTA TAPAL BATAS

CINTA TAPAL BATAS

LAYLI APRILIA

Lembah Bujang karya M. Shoim Anwar mengangkat tema sosial politik.  Anggota militer yang ditugaskan di daerah perbatasan yang rawan konflik. Untuk mengamankan kesatuan kedaulatan negara. Tugas anggota militer di perbatasan mengawasi warga asing  yang memasuki daerah kekuasaan.  Warga asing digeledah satu persatu dimulai  paspor hingga barang yang dibawa tersebut. Mengantisipasi terjadinya penyelundupan barang-barang ilegal. Misalnya beras impor, bawang impor, bahkan yang kuatirkan adalah senjata api ilegal masuk ke negara itu. Maka anggota militer berusaha keras  agar barang-barang itu tidak masuk atau penyelundupan barang.  Juga mencegah bebasnya warga asing keluar masuk yang tidak disertai identitas lengkap. Bahkan ada juga warga asing yang mencari suaka ke negara lain.  Untuk mencegah terjadinya imigrasi gelap yang ingin mencari suaka ke negara orang.  Meskipun warga asing tidak mempunyai identitas lengkap bahkan sudah dilarang oleh anggota militer untuk memasuki daerah kedaulatan negara lain. Tetap saja nekat masuk kenegara itu.
Melewati jalan-jalan tikus untuk menghindari dari pemeriksaan dari pihak keamanan. Warga asing itu dengan bebas keluar masuk tanpa ada pemeriksaan. Semakin dilarang mereka semakin nekat untuk mencari jalan menuju negara tujuan yang mereka ingin singgahi. Anggota militer tersebut dengan tegas bagi warga yang memasuki kedaulatan kesatuan negara yang tidak mempunyai identitas yang lengkap akan ditangkap bahkan dipenjara bila terbukti melanggarnya.
Warga asing tersebut mencari suaka ke negara lain dengan tujuan untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Dari negara asalnya kemungkinan terjadi konflik politik yang ada di daerah asalnya. Sehingga mereka sulit untuk beraktifitas sehari-hari mulai dari bekerja, sekolah, bahkan kebebasan untuk beribadah. Ruang gerak yang dimiliki menjadi sempit tidak sebebas seperti dulu. Sehingga mereka  tidak nyaman dengan negaranya sendiri ingin rasanya   keluar dari itu. Tetapi disisi lain mereka tidak tega untuk meninggalkan tempat kelahirannya. Karena dari tempat itulah ada kenangan yang indah yang sulit dilupakan.
Cuplikan cerpen sebagai berikut  “pendukung partai pemerintah di sekitar wilanyah perbatasan makin mengecil dan mengganti pendukung partai oposisi yang selalu menjanjikan perubahan mesti kami tahu bahwa itu bohong. Hidup di perbatasan ternyata menimbulkan masalah” (2014:44). Dari cuplikan tersebut  suasana politik yang memanas. Saling sikut kanan dan sikut kiri. Terjadi krisis ketidak percayaan warga sipil terhadap elit-elit atas. Mereka yang dibutuhkan adalah kepercayaan yang bisa dipegang bukan janji. Perubahan itu sangat penting bagi  warga sipil.
Bunyi senjata dari darat, laut, dan udara saling berlomba. Ranjau-ranjau ada dimana-mana yang siap diledakan. Letusan itu memekahkan telinga. Barisan panjang teng-teng amvibi dipersiapkan untuk melawan  musuh. Bahkan pesawat yang canggih pun turut ikut serta dalam pertempuran itu. Untuk menjaga keutuhan negara.  Suasana semakin mencekap dan tidak kondusif lagi. Peperangan tidak ada ujungnya. Pagi, siang, dan malam harus siap untuk bertempur. Berbagai stategi disusun mulai dari teknik stategi A sampai Z. Untuk melumpuhkan pihak lawan. Anggota militer taruhanya antara hidup dan mati.
Akibat dari konflik tersebut banyak Perempuan dan anak-anak ketakutan. Hujan tangis runtuh ketika melihat salah satu keluarganya meninggalkannya untuk selama-lamanya. Banyak sekali warga sipil yang menjadi korbanya. Terutama pada anak-anak yang kehilangan Ayah, Ibu, dan saudaranya akan mengalami trauma secara psikis dalam waktu yang sangat panjang. Untuk mengembalikan keceriaan anak-anak seperti dulu sangat sulit. Membutuhkan proses yang sangat lama memulihkan psikis paska perang. Sarana komunikasi menjadi terputus. Warga sipil  juga sulit berkomunikasi dan bertemu dengan keluarga yang menjadi korban. Mereka kebingungan mencari kemana lagi keluarganya.  Mereka tidak tau kepastian jelasnya. Fasilitas umum, pemukiman penduduk, dan rumah ibadah hancur seperti debu.
Anggota militer hanya manusia biasa. Di saat berperang dia gagah perkasa berada di barisan depan melawan musuh yang datang. Membawa senjata laras panjang yang didekapnya. Memantau kondisi keamanan negara tetap stabil. Siap mati untuk membela negara. Menghadapi resiko terbesar dalam medan perang. Kita tidak bisa menebak  kondisi di medan perang. kondisi wilanyah tetap stabil ada juga tiba-tiba musuh menyerang dari belakang. Disisi lain dia harus meninggalkan keluarga demi tugas negara. Rasa sedih, kangen campur menjadi satu. Hanya lewat komunikasilah yang digunakan untuk menyampaikan keadaan keluarganya tersebut. Terkadang juga salah satu dari keluarganya menjadi korban penembak.
Cuplikan cerpen “Akulah manusia yang paling sedih. Salah seorang penduduk yang ditembak tentara saat menyelap itu adalah Bapakku sendiri. Di punggungnya ditemukan tiga butir peluruh yang menancap” (2014:42). Dari cuplikan ada rasa menyesal dalam dirinya. Dia tidak bisa melindungi keluarganya sendiri. Kesedihan terus berkecambuk pada dirinya. Dia saja nyawanya sudah terancam dari pihak musuh yang mengincarnya. Separuh jiwanya telah pergi. Merontokkan air mata membasahi pipinya. Ingin berteriang tapi tidak bisa. Keluarga sangatlah berati untuk hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar