Rabu, 25 Juni 2014

Berbatas waktu




Berbatas waktu

Nama               : Layli Aprilia
Kelas/Nim       : B-2010/105200185
Jurusan            : Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Cerpen   : Surat Terakhir




Cerpen merupakan sebuah cerita yang dapat dinikmati dan diambil pesan-pesan moralnya salah satunya cerpen yang berjudul “Surat Terakhir” Karya Bapak M.Shoim Anwar. Dalam cerpen tersebut mengisahkan seorang perempuan dan laki-laki yang saling mencintai akan tetapi cintanya tak berujung pada pernikahan. Meskipun sudah lima belas tahun lamanya dan kini mereka sudah punya kehidupan sendiri-sendiri tokoh “Aku” masih tetap menyimpan perasaan yang amat dalam pada susmia perempuan masalalunya. Meskipun toko “Aku” sudah beristri dan mempunyai seorang anak, sampai saat ini tetap mencintai susmia. Tokoh “Aku” selalu merindukan susmia yang sudah menjadi milik orang lain. Pada saat tokoh “Aku” membaca kembali surat terakhir dari susmia, pada bagian itulah tokoh “Aku” masih terlihat menyimpan cinta yang teramat dalam. Hingga dia mendekap erat surat itu lalu diciuminya seperti mendekap dan mencium susmia pada lima belas tahun yang lalu. Kehangatan rasa cinta tokoh “Aku” pada susmia masih sungguh besar meskipun sudah beristri dengan orang lain. Cerita tersebut dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut.
Surat terakhir dari susmia kubaca kembali. kalimat demi kalimat. terasa menyentuh, tapi sekaligus perih di dada. “Saya terpaksa menyerahkan hidupku pada kedua orang tua,” tulis susmia. Kalimat terakhir itu menancap di mataku. Surat ditutup dengan gambar setangkai bunga layu pada baris terakhir. Usai kubaca, surat itu kudekap erat, lalu kucium, seperti aku mendekap dan mencium Susmia pada lima belas tahun silam. Aku bergelimpangan di atas kasur.
Tiba-tiba pintu kamar di ketuk dari luar. Aku terpenjerat. Ini pasti istriku. Surat itu cepet-cepat kulipat, lalu kusembunyikan di balik kasur.

            Kestiaan tokoh “Aku” pada susmia rasanya tidak sanggup untuk dihapus meskipun susmia dan tokoh “Aku” masing-masing sudah menikah. Perasaan cinta dan kasih sayang tokoh “Aku” terhadap susmia semua muncul timbul tenggelam dari tahun ke tahun, perasaan yang amat sangat mendalam yang selalu hadir akan tetapi kenyataan tidaklah seperti apa yang dirasakan oleh tokoh “Aku. Kegagalan tokoh “Aku” dalam memiliki susmia karena faktor kehidupan yang kurang mendukung. Tokoh “Aku” merasa dirinya miskin dan beban hidupnya untuk menyelesaikan kuliah sangatlah berat. Tokoh “Aku” tak sampai hati memperlakukan susmia untuk menunggu tanpa batas waktu yang tidak jelas. Meskipun pada awalnya perempuan yang bernama susmia itu sanggup untuk menanti namun tokoh “Aku” tetap tidak tega bahwa orang yang dicintainya menderita karena penantian yang terlalu panjang. Tokoh “Aku” sampai sekarang masih mencari-cari kabar susmia hingga akhirnya tokoh “Aku” bisa menelepon susmia seminggu yang lalu. Tokoh “Aku” menanyakan kabar seorang perempuan yang dicintainya sejak lama. Cerita tersebut dapat dilihat pada kutipan sebagi berikut.
      “Dari mana sampeyan tahu kerjaku di sini?” tanya Susmia ketika kutelepon seminggu yang lalu. Sepertinya dia kaget.
“Ya?”
“Ya, berapa anakmu sekarang?”
“Tiga”
Aku terkejut. Perempuan yang sebenarnya masih kucintai ini sudah punya anak lebih banyak daripada aku.
“Aku baru saja menyunatkan anakku yang pertama”
“Kok nggak ngundang aku?”
Susmia tak menjawab. Tampaknya, dia tergugup merangkai kata-kata.
“Aku sekarang tambah gemuk, Mas,” lanjut Susmia.
“Ya. Kalau kamu gemuk pasti tambah cantik.”

Tampaknya meskipun Susmia sudah mempunyai tiga anak, dia juga masih menyimpan perasaan yang sudah lama berlalu. Waktu bertelepon dengan tokoh “Aku” Susmia sempat bersenda gurau dan dengan mengatakan bahwa dirinya semakin gemuk sesuai menikah dan memiliki tiga seorang anak. Perasaan yang sama antara tokoh “Aku” dan Susmia sangat terlihat pada saat pernikahan Susmia dengan suaminya. Dalam cerpen tersebut Susmia memenuhi harapan si tokoh “Aku” bahwa kalau Susmia menikah hendaknya memberi tahu tokoh “Aku” untuk benar-benar menghadiri pernikahan Susmia. Pada akhirnya tokoh “Aku” memang benar-benar hadir dalam pernikahan Susmia. Tokoh “Aku” datang malam hari ketika acara sudah selesai. Akan tetapi tokoh “Aku” masih sempat bertemu dengan Susmia. Mereka berdua saling bersalaman dan duduk saling berhadapan. Pada saat itu meskipun saling berhadapan Susmia tak banyak bicara. Dia hanya menatapku kuat-kuat hingga nyaris tak pernah berkedip. Dia benar-benar tidak takut dengan suaminya  yang duduk disebelahnya. Susmia benar-benar membuat diri ini tak berdaya melihat tatapanya yang penuh kehangatan kasih sayang masalalu yang masih sangat membara. Mungkin perempuan yang bernama Susmia itu merasa bahwa pada waktu itu adalah detik-detik terakhir bertemu dan perpisah dengan tokoh “Aku. Seamakin lama pandangan Susmia tak lagi kuat namun ia menatap tokoh “Aku” dengan penuh kelembutan bahkan sesekali Susmia menahan senyum. Dari situlah terlihat bahwa sebenarnya Susmia juga masih sangat mencintai dan menyayangi tokoh “Aku”. Akan tetapi perasaan itu harus segera sirna karena posisi Susmia yang sudah menjadi milik orang lain. Cerita tersebut dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut.
Kami tak mampu berbicara banyak. Susmia manatapku kuat-kuat mulai dari duduk hingga kini, nyaris tak pernah berkedip. Dia benar-benar tidak takut dengan sang suami yang duduk di sebelah kirinya. Aku benar benar tak berdaya, merasa, inilah detik-detik terakhir bertemu dengan aku. Atau mungkin dia merasa geram.
Kakiku terasa ada yang menyentuh. Ternyata kaki Susmia ditumpangkan ke kakiku. Kaki itu digerakkan dengan lembut. Aku pun membalasnya dengan lembut pula. Pandangan Susmia tidak lagi menajam, tapi penuh kelembutan, bahkan sesekali Susmia menahan senyum.

            Seusai dari rumah Susmia tokoh “Aku” semakin yakin bahwa sebenarnya Susmia masih sangat mencintainya. Dengan banyak gaya atau kode yang diberikan susmia kepada tokoh “Aku”. Tapi tokoh “Aku” sadar bahwa memang sudah tidak mungkin bersama. Karena status Susmia dan tokoh “Aku” sudah menikah dengan pasangannya sendiri-sendiri. akan tetapi tokoh “Aku” tetap ingin selalu mengenang susmia cinta lamanya. Sesampainya dirumah tokoh “Aku” mengambil surat-surat dan foto-foto susmia yang telah lama disimpannya. Akan tetapi surat tersebut sudah tidak ada ditempatnya. Ternyata surat-surat dan foto itu diambil oleh istri si tokoh “Aku”. Tokoh “Aku” dituduh menyeleweng dan selingkuh dengan perempuan lain. Meskipun sudah ketahuan menyimpan surat-surat dan foto kekasih masalalunya. Tokoh “aku” tetap mengelak bahwa istrinya tidak berhak menghapus kisah masalalunya dengan Susmia. Tokoh “Aku” tetap ingin mengenang susmia kapan pun dan dimanapun.
            Menurut pendapat saya, meskipun tokoh aku sangat mencintai susmia tapi tokoh “aku” juga egois, karena dia telah mementingkan perasaannya sendiri. tanpa memikirkan kecemburuan istri yang sudah dinikahinya. Tokoh aku hampir tidak peduli, yang dia pedulikan hanya wanita masalalunya yang sudah dimiliki oleh orang lain.
            Setidaknya sebagai seorang suami dan sebagai seorang pemimpin rumah tangga tetap hargai dan hormatilah istrimu, karena bagaimanapun juga seorang istri membutuhkan perhatian dan kasih sayang seorang suami lahir dan batin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar