Berbatas waktu
Nama : Layli
Aprilia
Kelas/Nim : B-2010/105200185
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Cerpen : Surat Terakhir
Cerpen
merupakan sebuah cerita yang dapat dinikmati dan diambil pesan-pesan moralnya
salah satunya cerpen yang berjudul “Surat Terakhir” Karya Bapak M.Shoim Anwar. Dalam
cerpen tersebut mengisahkan seorang perempuan dan laki-laki yang saling
mencintai akan tetapi cintanya tak berujung pada pernikahan. Meskipun sudah
lima belas tahun lamanya dan kini mereka sudah punya kehidupan sendiri-sendiri
tokoh “Aku” masih tetap menyimpan perasaan yang amat dalam pada susmia
perempuan masalalunya. Meskipun toko “Aku” sudah beristri dan mempunyai seorang
anak, sampai saat ini tetap mencintai susmia. Tokoh “Aku” selalu merindukan
susmia yang sudah menjadi milik orang lain. Pada saat tokoh “Aku” membaca
kembali surat terakhir dari susmia, pada bagian itulah tokoh “Aku” masih
terlihat menyimpan cinta yang teramat dalam. Hingga dia mendekap erat surat itu
lalu diciuminya seperti mendekap dan mencium susmia pada lima belas tahun yang
lalu. Kehangatan rasa cinta tokoh “Aku” pada susmia masih sungguh besar
meskipun sudah beristri dengan orang lain. Cerita tersebut dapat dilihat pada
kutipan sebagai berikut.
Surat terakhir dari susmia kubaca
kembali. kalimat demi kalimat. terasa menyentuh, tapi sekaligus perih di dada.
“Saya terpaksa menyerahkan hidupku pada kedua orang tua,” tulis susmia. Kalimat
terakhir itu menancap di mataku. Surat ditutup dengan gambar setangkai bunga
layu pada baris terakhir. Usai kubaca, surat itu kudekap erat, lalu kucium,
seperti aku mendekap dan mencium Susmia pada lima belas tahun silam. Aku
bergelimpangan di atas kasur.
Tiba-tiba pintu kamar di ketuk dari
luar. Aku terpenjerat. Ini pasti istriku. Surat itu cepet-cepat kulipat, lalu
kusembunyikan di balik kasur.
Kestiaan tokoh “Aku” pada susmia rasanya
tidak sanggup untuk dihapus meskipun susmia dan tokoh “Aku” masing-masing sudah
menikah. Perasaan cinta dan kasih sayang tokoh “Aku” terhadap susmia semua
muncul timbul tenggelam dari tahun ke tahun, perasaan yang amat sangat mendalam
yang selalu hadir akan tetapi kenyataan tidaklah seperti apa yang dirasakan
oleh tokoh “Aku. Kegagalan tokoh “Aku” dalam memiliki susmia karena faktor
kehidupan yang kurang mendukung. Tokoh “Aku” merasa dirinya miskin dan beban
hidupnya untuk menyelesaikan kuliah sangatlah berat. Tokoh “Aku” tak sampai
hati memperlakukan susmia untuk menunggu tanpa batas waktu yang tidak jelas.
Meskipun pada awalnya perempuan yang bernama susmia itu sanggup untuk menanti
namun tokoh “Aku” tetap tidak tega bahwa orang yang dicintainya menderita
karena penantian yang terlalu panjang. Tokoh “Aku” sampai sekarang masih
mencari-cari kabar susmia hingga akhirnya tokoh “Aku” bisa menelepon susmia
seminggu yang lalu. Tokoh “Aku” menanyakan kabar seorang perempuan yang
dicintainya sejak lama. Cerita tersebut dapat dilihat pada kutipan sebagi
berikut.
“Dari
mana sampeyan tahu kerjaku di sini?” tanya Susmia ketika kutelepon seminggu
yang lalu. Sepertinya dia kaget.
“Ya?”
“Ya, berapa anakmu sekarang?”
“Tiga”
Aku terkejut. Perempuan yang sebenarnya
masih kucintai ini sudah punya anak lebih banyak daripada aku.
“Aku baru saja menyunatkan anakku yang
pertama”
“Kok nggak ngundang aku?”
Susmia tak menjawab. Tampaknya, dia
tergugup merangkai kata-kata.
“Aku sekarang tambah gemuk, Mas,” lanjut
Susmia.
“Ya. Kalau kamu gemuk pasti tambah
cantik.”
Tampaknya meskipun Susmia sudah
mempunyai tiga anak, dia juga masih menyimpan perasaan yang sudah lama berlalu.
Waktu bertelepon dengan tokoh “Aku” Susmia sempat bersenda gurau dan dengan
mengatakan bahwa dirinya semakin gemuk sesuai menikah dan memiliki tiga seorang
anak. Perasaan yang sama antara tokoh “Aku” dan Susmia sangat terlihat pada
saat pernikahan Susmia dengan suaminya. Dalam cerpen tersebut Susmia memenuhi
harapan si tokoh “Aku” bahwa kalau Susmia menikah hendaknya memberi tahu tokoh
“Aku” untuk benar-benar menghadiri pernikahan Susmia. Pada akhirnya tokoh “Aku”
memang benar-benar hadir dalam pernikahan Susmia. Tokoh “Aku” datang malam hari
ketika acara sudah selesai. Akan tetapi tokoh “Aku” masih sempat bertemu dengan
Susmia. Mereka berdua saling bersalaman dan duduk saling berhadapan. Pada saat
itu meskipun saling berhadapan Susmia tak banyak bicara. Dia hanya menatapku kuat-kuat
hingga nyaris tak pernah berkedip. Dia benar-benar tidak takut dengan
suaminya yang duduk disebelahnya. Susmia
benar-benar membuat diri ini tak berdaya melihat tatapanya yang penuh
kehangatan kasih sayang masalalu yang masih sangat membara. Mungkin perempuan
yang bernama Susmia itu merasa bahwa pada waktu itu adalah detik-detik terakhir
bertemu dan perpisah dengan tokoh “Aku. Seamakin lama pandangan Susmia tak lagi
kuat namun ia menatap tokoh “Aku” dengan penuh kelembutan bahkan sesekali
Susmia menahan senyum. Dari situlah terlihat bahwa sebenarnya Susmia juga masih
sangat mencintai dan menyayangi tokoh “Aku”. Akan tetapi perasaan itu harus
segera sirna karena posisi Susmia yang sudah menjadi milik orang lain. Cerita
tersebut dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut.
Kami tak mampu
berbicara banyak. Susmia manatapku kuat-kuat mulai dari duduk hingga kini,
nyaris tak pernah berkedip. Dia benar-benar tidak takut dengan sang suami yang
duduk di sebelah kirinya. Aku benar benar tak berdaya, merasa, inilah
detik-detik terakhir bertemu dengan aku. Atau mungkin dia merasa geram.
Kakiku terasa
ada yang menyentuh. Ternyata kaki Susmia ditumpangkan ke kakiku. Kaki itu
digerakkan dengan lembut. Aku pun membalasnya dengan lembut pula. Pandangan
Susmia tidak lagi menajam, tapi penuh kelembutan, bahkan sesekali Susmia
menahan senyum.
Seusai dari rumah Susmia tokoh “Aku”
semakin yakin bahwa sebenarnya Susmia masih sangat mencintainya. Dengan banyak
gaya atau kode yang diberikan susmia kepada tokoh “Aku”. Tapi tokoh “Aku” sadar
bahwa memang sudah tidak mungkin bersama. Karena status Susmia dan tokoh “Aku”
sudah menikah dengan pasangannya sendiri-sendiri. akan tetapi tokoh “Aku” tetap
ingin selalu mengenang susmia cinta lamanya. Sesampainya dirumah tokoh “Aku” mengambil
surat-surat dan foto-foto susmia yang telah lama disimpannya. Akan tetapi surat
tersebut sudah tidak ada ditempatnya. Ternyata surat-surat dan foto itu diambil
oleh istri si tokoh “Aku”. Tokoh “Aku” dituduh menyeleweng dan selingkuh dengan
perempuan lain. Meskipun sudah ketahuan menyimpan surat-surat dan foto kekasih
masalalunya. Tokoh “aku” tetap mengelak bahwa istrinya tidak berhak menghapus
kisah masalalunya dengan Susmia. Tokoh “Aku” tetap ingin mengenang susmia kapan
pun dan dimanapun.
Menurut pendapat saya, meskipun
tokoh aku sangat mencintai susmia tapi tokoh “aku” juga egois, karena dia telah
mementingkan perasaannya sendiri. tanpa memikirkan kecemburuan istri yang sudah
dinikahinya. Tokoh aku hampir tidak peduli, yang dia pedulikan hanya wanita
masalalunya yang sudah dimiliki oleh orang lain.
Setidaknya sebagai seorang suami dan
sebagai seorang pemimpin rumah tangga tetap hargai dan hormatilah istrimu,
karena bagaimanapun juga seorang istri membutuhkan perhatian dan kasih sayang
seorang suami lahir dan batin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar