Rabu, 25 Juni 2014

POTRET WANITA HARAPAN

Bersatulah pelacur-pelacur kota Jakarta
Karya :W.S Rendra

Pelacur-pelacir kota Jakarta
 Dari kelas tinggi dan kelas rendah
Telah diganyang
Telah haru biru
Mereka kecut
Keder
Terhina dan tersipu-sipu
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kau relakan dirimu dibikin korban
Wahai pelacur-pelacur kota Jakarta
Sekarang bangkitlah
Sanggul kembali rambutmu
Karena setelah menyesal datanglah kini giliranmu
Bukan untuk membela diri melulu
Tapi untuk melancarkan serangan
Karena
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kau rela dibikin korban

Sarinah
Katakan kepada mereka
Bagaimana kau dipanggil ke kantor menteri
Bagaimana ia bicara panjang lebar kepadamu
Tentang perjuangan nusa bangsa
Dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal
Ia sebut kau inspirasi revolusi
Sambil ia buka kutangmu
Dan kau dasima
Kabarkan pada rakyat
Bagaimana pemimpin revolusi
Secara bergiliran memelukmu
Bicara tentang kemakmuran rakyat dan api revolusi
Sambil celananya basah
Dan tubuhnya  lemas
Terkapai disampingmu
Ototnya keburu tak berdaya
Politisi dan pegawai tinggi
Adalah caluk yang rapi
Kongres-kongres dan kenferensi
Tak pernah berjalan tanpa kalian
Kalian tak pernah bisa bilang “tidak”
Lantaran kelaparan yangmenakutkan
Kemiskinan yang mengekang
Dan telah lama sia-sia cari kerja
Ijazah sekolah tanpa guna
Para kepala jawatan
Akan membuka kesempatan
Kalau kau membuka kesempatan
Kalau keu membuka paha
Sedang diluar pemerintahanperusahaan-perusahaan macet
Lapangan kerja tak ada
Revolusi pemimpin
Adalah revolusi dewa-dewa
Mereka berjuang untuk syurga
Dan tidak untuk bumi
Revolusi dewa-dewa
Tak pernah menghasilkan lapangan kerja bagi rakyatnya
Kalian adalah sebagian kaum penganggur yang mereka ciptakan
Namun
Sesalkan mana yang kau sesalkan
Tapi jangan kau rela dibikin korban
Pelacur-pelacur kota Jakarta berhentilah tersipu-sipu
Ketika kubaca di koran
Bagaimana badut-badut mengganyang kalian
Menuduh kalian sumber bencana negara
Aku jadi murka
Kalian adalah temanku
Ini tidak bisa dibubarkan
Astaga
Mulut-mulut badut Mulut-mulut latah
Bahkan seks mereka pilitikkan
Saudari-saudariku
Membubarkan kalian
Tak semudah membubarkan partai politik
Mereka harus beri kalian kerja
Mereka harus pulihkan derajat kalian
Mereka harus memikul kekalahan
Saudari-saudariku
Bersatulah
Ambilah galah
Kibarkan kutang-kutangmu diujungnya
Araklah keliling kota
Sebagai panji yang telah mereka nodai
Kini giliranmu menuntut
Katakanlah kepada mereka
Menganjurkan mengganyang pelacuran
Tanpa menganjurkan mengawini bekas pelacur
Adalah omong kosong
Pelacur-pelacur kota Jakarta
Saudari-saudariku
Jangan melulur keder pada lelaki dengan mudah
Kalian bisa telanjangi kaum palsu
Naikkan tarifmu dua kali
Dan mereka akan kelabakan
Mogoklah satu bulan
Dan mereka akan puyeng
Lalu mereka bezina dengan istri saudaranya



POTRET WANITA HARAPAN
Oleh : Layli aprilia
Puisi berjudul bersatulah pelacur-pelacur kota Jakarta menceritakan tentang sisi lain wanita harapan. Puisi ini menggambarkan sisi kemanusiaan seorang wanita harapan yang biasanya selalu dibidik dari satu sisi saja, yakni sisi moral. Mereka dinilai hina-dina, kotor bahkan najis. Mereka dituding biang kerok rusaknya rumah tangga orang lain. Padahal mereka juga manusia, tidak ada bedanya dengan kita. Memiliki nurani juga, yang tentunya tidak pernah menginginkan menjadi wanita harapan seperti yang telah dijalaninya.
            Dalam buku yang berjudul agama pelacur karya Prof. Nur Syam, guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya terdapat sebuah teori dari Erving Govvman yaitu teori dramaturgi-transedental yang membidik sebuah permasalahan dari dua dimensi, yakni outward appearance ( dimensi luar) dan inward appearance ( dimensi dalam). Kehidupan wanita harapan adalah kehidupan yang wajib dilihat dari kedua dimensi tersebut, sehingga dalam buku ini wanita harapan diceritakan sebagai manusia multidimensi.
            Seperti dalam puisi karya W.S Rendra yang membidik wanita harapan dari dimensi dalam atau inward aprrearance. Dimana menempatkan wanita harapan sebagai individu yang sama memiliki hak an harga diri. Bahkan dalam puisi tersebut menggambarkan justru wanita harapan lah yang berkuasa atas lelaki yang telah menganggapnya hina. Lelaki berkuasa tersebut menuding wanita harapan adalah sesuatu yang buruk dan merosak moral bangsa, padahal tak lain merekalah yang justru membuat demikian. Mereka yang menjadi pelanggan dan pemuja wanita harapan.  Dalam puisi tersebut disiratkan bagaimana peran penting wanita harapan dalam sebuah kongres, tak dapat dipungkiri hingga kini pun wanita menjadi salah satu obyek iming-iming untuk melancarkan lobby-lobby.
            Puisi tersebut dapat menggambarkan bagaimana penguasa secara sepihak menikam mata pencaharian para wanita harapan yang dulu terdapat di kramat tunggak Jakarta pun begitu dengan saat ini yang terjadi di dolly. Memang benar, cap kota prostitusi tak sedap untuk di sandang, namun ada nurani-nurani yang dengan terpaksa bahkan ikhlas menjadi bagian yang telah di stempel hitam oleh masyarakat tersebut, haram katanya.
            Dalam puisi ini menyampaikan bahwa bukan hanya ganti rugi atau ganti untung yang dipermasalahkan, namun ada derajat yang tak akan pernah terangkat meskipun mereka telah ikhlas bertaubat. Derajat yang dibentuk masyarakat. Ada nasab yang akan tidak diindahkan meskipun tak ikut terjerembab. Sekarang, tanyakanlah pada masyarakat adakah yang akan menikahi wanita harapan? Menjadikannya besan? Merestuinya sebagai menantu? Jelas sulit. Itulah yang dituntut dalam puisi ini. Ada yang lebih penting dari sebuah harga kompensasi. Ada yang lebih penting dari pada penyematan gelar inspirasi revolusi. Harga diri, iya harga diri yang tak bisa lagi terbeli. Mereka sudah tak memilikinya. Oleh karena itu, yang harus dilakukan adalah merubah paradigma masyarakat, termasuk kita semua. Bahwa mereka juga adalah manusia sama seperti kita, butuh pengakuan sosial. Butuh kesempatan di segala lini, kerena dengan begitu mungkin mereka tak canggung lagi untuk kembali ke tengah-tengah masyarakat dan bersosialisasi secara normal karena lingkungan telah memperlakukakannya secara wajar dan manusiawi. Karena sejatinya, tidak mungkin ada perempuan yang ingin tau bercita-cita menjadi wanita harapan, tidak ada. Karena sejatinya wanita memang penuh akan kasih cinta, bukan penjaja cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar